10 Maret 2010

makalah seni rupa

KELOMPOK 5

MAKALAH PENDIDIKAN SENI RUPA

MENGENAL KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK USIA 2-13 TAHUN


D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
1. Haritsah Salim
2. Liyaumi
3. Feri Oktora Netson
4. Yuniati Perdana
5. Winda Amelia
6. Winda Kamala Yulsar
7. Zulva Hastuti

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN AJARAN
2009/2010





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat allah swt, yang telah memberikan berbagai anugrah kepada kami, diantaranya ada berupa kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan penulisan makalah ini. Pada hakikatnya, hanya karna lain-nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Di tengah-tengah banyaknya peneliti mengemukakan pendapat mengenai karakter-karakter gambar anak, kami disini akan mengelompokkan karakter gambar anak berdasarkan usia
.
Yang menjadi harapan kami adalah seoga buku ini betul-betul bermanfaat. Dalam memahami karateristik gambar anak usia 2-13 tahun.

Terakhir kami haturkan terima kasih kepda dosen pendidikan seni rupa, ibu guslinda.M.pd, yang telah memberi kepercayaan kepada kami.dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membantu kami untuk menjadi lebih baik kepda-nya.

























Daftar isi


Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 . pendahuluan

Bab 2 . karateristik hasil gambar anak

A.periodisasi

B.tipologi

Bab 3 . penelitian

A. contoh gambar anak usia 2-13 tahun
B. Observasi


















BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut, juga pada gambar anak.
Banyaknya aspek yang dibicarakan dalam membahas masalah perkembangan karakteristik gambar anak usia 2-13 tahun, menyebabkan perlunya mengkelompokkann menurut usia anak tersebut. Begitu juga banyak berbagai pandangan dan teori dalam menjelaskan fenomena-fenomena perkembangan karakter gambar anak, membuat semakin kayanya pengetahuan tentang perkembangan anak.

B.Tujuan
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah pendidikan seni rupa dan pemahaman lebih lanjut mengenai karakter gambar Anak usia 2 tahun, dan memahami karakternya berdasarkan pengelompokan
Menurut usia yang dikatakan oleh para ahli.





















BAB II

KRAKTERISTIK HASIL GAMBAR ANAK

Setiap anak mempunyai cara ungkapan yang erbeda-beda. Perbedaan terletak pada karakter tipologi karya seni rupa yang dihasilkan. Pada hasil gambar anak dapat kita amati perbedaannya. Ada gambar anak yang brtipe naturalis, ada gambar anak yang bertipe akspresif, ada gambar anak yang bertipe dekoratif atau yang lain. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak terletak pula pada tingkat usia anak. Guru SD harus memahami gambar yang dihasilkan anak sesuai dengan usia anak dan tipe gambarnya. Sebab pemahaman tersebut akan berpengaruh dalam pembimbingan proses belajarnya. Untuk kepentingan iti, dalam bai ini akan dibahas tenteng Periodisasi, Tipologi serta aplikasi kedua pengetahuan itu kedalam gambar anak yang ada disekitar kita.


Periodisasi
Didalam tahapan menggambar anak, terdapat pula umum perkembangan dari hasil coretan/ gambar anak. Pola tersebut dumulai dari sejak anak menghasilkan coretan-coretan yang tak terarah hingga dapat membuat gambar yang sesuai dengan objek yang digambarkan.

Viktor Lowenfeld membuat tahapan sebagai berikut :

1. Masa meencoreng ( umur 2-4 tahun)
Aktifitas motorik yang terwujud dalam goresan tebal tipis dengan arah yang belum terkendali dan warna tidak begitu penting. Ada tiga tahap coreng moreng. Pertama : coreng tak beraturan, bentuk sembarang, mencoreng tanpa melihat kertas belum dapat membuat lingkaran dan bersemangat. Kedua : corengan terkendali , menemukan kendali visual terhapad coretan yang dibuatnya. Terdapat perkembangan koordinasi antara perkembangan visual dan motorik serta semangat. Ketiga: coretan bernama,bentuk semakin bervariasi mulai memberi nama pada hasil coretan, membutuhkan waktu banyak an warna mulai diperhatikan.
Tahap ini berkembang mulai dari usia 2 tahun pada saat anak mulai dapat menggemgam dan mencorengkan alat tulis atau gambar secara acak hingga pada suatu saat ia dapat dengan “cara kebetulan” mewujudkan satu gambar yang dapat diasosiasikannya dengan bentuk nyata. Coreng mencoreng yang dibuat mula-mula merupakan goresan

yang tidak menentu, tebel tipis terganting pribadi anak. Lama kelamaan anak menyadari adanya hubungan yang dibuatnya antara gerkan tangannya dengan hasil yang diperolehnya. Karenanya berahlah goresannya menjadi panjang, bolak-balik kemudian bulat-bulat.

Pada saat terkhir dari masa mencoreng ini anak mulai memberi nama goresan-goresanya, dan berubhlah garis-garis yang tidak menentu menjadi lebih terkendali. Dalam masa ini anak perlu dibina dengan memberikan stimulasi-stimulasi yang tepat serta mengaktifkan imajiasinya. Secara rinci proses mencoreng yang dialami oleh usia tersebut selalu dimulai dengan corengan-corengan mendatar, kemudian menegak dan diakhiri dengan melingkar-lingkar.

Corengan mendatar terjadi disebabjkan karena gerak sendi-sendi yang mash terbatas pada send besar, itu pun masih sedikit kaku, gerak sendi yang digunakan lebih sederhana yaitu gerakan sendi sendi pangkal lengan saja. Gerakan tersebut diulangi oleh anak dengan rasa yang menyenangkan.

Tahap berikutnya setelah gerakan apda sendi besar yaitu gerakan yang berpangkal apda seni di pangkal lengan dan sikut yang bergerak secara bersamaan. Goresan yang di hasilkan ialah goresan-goresan menegak.

Denagn ukuran tangan yang relatif masih pendek dan bidang gambar yang relatif kecil, maka kemampuan anak hanya akan menggambarkan garis tegak. Untuk memperoleh garis yang panjang, biasanya anak mencari bidang gambar yang lebar. Yang terjadi yaitu anak menggambar pada tembok. Tembok dianggap bidang gambar yang memenuhi syarat.

Dengan senangnya anak membwa alat gambar dan mencorengnya pada tembok. Jika ingin garisnya panjang mendatar, maka ia akan berjalan keseluruh ruang dengan menggoreskan alat gambarnya. Setelah puas dengan tahap tersebut, anak mulai membangun bentuk pada coretannya. Biasanya dibentuk dalam melingkar-lingkar.



2. Masa prabagan (umur 4 hingga 7 tahun)
Anak mulai menggambar bentuk-bentuk yang berhubungan dengan dunia sekiternya. Pada mulanya bentuk sulit untuk dikenali, semakin lama bisa dikenali, misalnya manusia, rumah, dan pohon, perhatian lebih tertuju pada hubungan antara gambar dengan objek dari pada warna dan objek. Obyek yang digambar tidak ada hubungannya dengan objek yang lain.

Gerakan yang dilakukan oleh anak usia ini sudah terkendali. Ia sudah bisa mengkoordinasikan pikiran dengan emosi dan kemampuan motoriknya. Bentuk-bentuk benda yang ada dsekitarnya sudah menjadi kriteria dari hasil gambarnya. Gerakan yang sudah lebih terarah, membuat garis coreng-mencoreng makin berkurang digantikan dengan garis yang lebih mewakili bentuk . bentuk yang dihasilkan lebih mudah ditefsirkan, yang diutamakan anak adalah bagian-bagia yang bergerak, seperti pada gambar kereta api diutamakan kepulan asapnya, rodanya. Jika menggambar orang akan tergambar mulutnya atau kakinya dan tangannya. Masalah rueng masih belum terpecahkan.

Sambil menggambar biasanya anak juga suka berbicara atau bercerita sendiri. Sehingga yang menjadi objek gambarnya adalah kegiatan. Warna yang digunakan tidak ada hubungannya dengan realitas.


3. Masa Bagan ( umur 7 hingga 9 tahun)
Bagan adalah konsep tentang bentuk dasar dari suatu objek visual. Semakin kaya akan konsep semakn besar pula kemungkinan untuk berekspresi. Pengamatan anak pada usia ini sudah semakin teliti dan sedah mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungan disekitarnya.
Pada dasarnya anak menggambar terdorong oleh kebutuhannya berekspresi. Tetapi emosi subyektifnya kadang-kadang tidak dapat tersampaikan kerena ketidakmampuam skillnya. Dalam hal ini geru sangat berperan penting untuk mengaktifkan embali pengalaman anak yang latent (hal yang sudah diketahui tetapi disisihkan karena terdesak emosi subyektif). Sebagai contoh : seorang anak akan menggambar dirinya memetik bunga denga sati tanagn, sedangkan tangan yang sati lagi tidah digambarkannya, meskipun disadari bahwa dia mempunyai dua tangan.
Hal ini terjadi karena yang dirasakan benar oleh anak pada sat memetik bunga satu tangn yang aktif, sedang yang lainnya tidak berperan. Anak sudah lebih mengenal ruang. Mereka menjadi makin tahu
tenaeng dirinya dengan alam sekitarnya. Oleh sebab itu ia memberi tema gambarnya dengan “aku sedang memetik bunga”.


4. Masa Permulaan Realisme ( umur 9 hingga 11 tahun )
Pada masa ini anak sudah lebih cermat dalm mengamati alam sekitarnya. Konsep bagan yang sudah ada pada masa sebelumnya sedah lebih mendetail lagi. Konsep tentang manusia tidak hanya pada kepala, tubuh tanagn dan kaki saja tetapi juga jari, pakaian, perhiasan rambut. Bahkan sudah dapat membedakan laki-laki dan wanita. Kemampuan intelektualnya yang sudah berkembang mendorong mereka untuk menggambar kejelasan detailnya. Rasio sudah lebih digunaka. Konsep gambarnya adalah bidang, bukan aris. Mereka menggambar figur-figur di seliruh bidang gambar. Untuk objek yang lebih jauh digambar di bagian atas kertasnya. Ukurannya sama dengan objek yang paling dekat. Gejala tersebut merupakan gejala yang mendekat kepada realisme meskipun warna-warna yang digunakan masih cenderung subjektif sesuai dengan kesukaannya sendiri.



5. Masa Realisme Semu ( umur 11 hingga 13 tahun )
Dalam masa ini intelegensi sudah makin berkembang. Ada pendekatan realitis terhadap alam sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya, apalagi sebaik orang dewasa. Tingkah laku mereka tampak makin kompleks, banyak bergerak dan banyak yang ingin diketahui serta mulai sdar akan kebutuhannya bekerja sama. Gejala terpenting dari masa ini adalah adanya kkecendrungan dua macam tipe gambar, yaitu tipe visual dan non visual (haptic). hal ini harus diperhatikan oleh guru karena selain ada perkembangan dalam umur, juga terdapat perbedaan tipe karena pembawaan (kodrat). Dalam ungkapan gambaranya dapat dilihat perbedaan yang sangat mencolok antara dua tipe ini, penjelasan labih lanjut mngenai tipe ini dapat dilihat di sub judul Tipologi.

Guru SD harus benar-benar memahami masa perkembangan gambar anak. Hal ini diperlukan untuk kepentingan motivasi dan stimulasi serta evaluasi, guru tidak dapat menuntut gambar anak kelas 1 sama denagn gambar anak kelas 5. lebih jauh lagi guru tidak boleh menentukan kriteria nilai gambar anak seperti kriteria orang dewasa, apalagi prestasi dijadikan ukuran keberhasilan.

Berikut ini kami sajikan gambar-gambar anak yang ada di sekitar kita (LIHAT halaman 8-11)


TIPOLOGI
Tipologi diartikan sebagai tipe atau gaya atau corak yang dapat teramati melalui hasil gambar anak. Hasil yang dihasilkan anak merupakan suatu yang sangat unuk dan dapat mencerminkan karakter atau watak dari anak itu sendiri. Tidak ada hasil gambar anak yang sama baik warna , okbyek, karakter garis, tema dan sebagainya. Keunikan ini perlu disadari oleh para orang tua dan guru anak merupakan cermin dari apa yang semula ditangkap dan kemidian dirasakan oleh anak. Ia tidak menggambarkan hanya dari apa yang dipikirkannya atau dari yangdilihatnya, melainkan hasil gambar merupakan hasil dari apa yang dilihatnya dengan perasaan yang diasosiasiakn dan diungkapkan ke dalan bentuk gambar. Dari apa yang digambar oleh beberapa anak akan muncul beberapa gambar yang saling berbeda. Ada anak yang meniru alam, ada yang menghilangkan sebagian unsur onjek yang digambarkan, ada yang menggambar ksan. Dan sebagainya. Dilihat dari warnanya ada yanag senang menggunakan campuran warna, ada yang senang dengan warna-warni dan sebagainya.
Herbert Read menggolongkan gambara anak berdasarkan gayanya menjadi 12 macam, yaitu :

1. Organic
Berhubungan langsung serta bersimpati terhadap objek-objek nyata, lebih suka obyek dalam kelompok dari pada yang tersendiri, sudah mengenal proporsi dan hubungan organis yang wajar, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia atau hewan bergerak yang sesuai dengan bentuk dan sebagainya.

2. Lyrical (liris)
Menggambar obyek-obyek realitis, tetapi tidak bergerak separti pada organik. Obyek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan.

3. Impressionism
Lebih mementingkan detail yang dilihat dari suatu obyek dari pada keseluhuan, konseptual. Dalam gambar lebih di utamakan kesan “suasana”.
4. Rhytmical pattern (pola rimis)
Gambar memperlihatkan pengulangan dari satu obyek yang dilihat. Misalnya: gambar anak perempuan, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi semua. Sifatnya bisa organis atau lyris, dan selalu mengikuti pola umum (realistis).
5. Structural form ( bentuk yang bersusunan)
Type ini jarang pada gambar anak. Obyek mengikiti rumus ilmu bangun. Objek diperkecil menjadi satu rumusan geometris di mana rumus yang aslinya di ambail dari pengamatan.


6. Schematic
Pengamatan menggunakan rumus-rumus ilmu bangu tanpa ada hubungan yang jelas tentang susunan organis. Skema dari obyek di sempurkan menjadi satu disain yang ada hubungannya dengan pengamatan anak terhapad obyek secara simbolis.

7. Haptik
Gambar-gambar tidak berdasarkan pengamatan visual suatu obyek, tetapi bukan skematik. Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam.

8. Expressionism
Ciri : hasil gambar anak yang menunjukkan bagaimana anak melihat dunia. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik saja tetapi juga objek dunia luar seperti huatan, gunung, sungai dan lain-lain, sehu=ingga yang berperan bukan hanya yang berasal dari sensasi dari dalam diri anak. Sebagai titik tolaknya adalah pengamatan visual kemudian diolah sehingga tampak seperti berlabih-labihan dan berubah dari bentik aslinya.

9. Enumerative
Ciri : anak yang dikuasai oleh obyek yang diamatinya dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi yang ditimbulkan dari dalam dirinya. Sehinnga ia menggambar semua bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang berlebih-lebihkan. Jadi tidak ada unsur pribadi muncul pribadi muncul dalam gambar yang dibuat, seakan-akan sebuah potret dari suatu objek.


10. Decoratif (dekotatif)
Ciri : anak terutama tertarik oleh warna dan bentik dua dimensi dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk natural diekspresikan menjadi bentuk yang mengekspresikan perasaan senang, melakoni dan sebagainya. Bentuk maupun warna yang dihasilkan merupakan gambar yang melambangkan perasaannya. Warnanya cenderung cerah dan tidah ada perspektif dalam gambarnya.

11. Romantic
Ciri : teme diambil dari kehidupan tetapi dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan kembali antara ingatan dan imajinasinya, dan menyangkut rekayasa baru.\

12. Literary (khayalan)
Ciri : tema semata-mata khayal yang berasal dari rasa dari dalam atau dengan imajinasinya mensiptakan bentuk-bentuk yang baru . tema yang dipilih merupakan gabungan imajina dan ingatan untuk berkomunikasi dengan orang lain.




























BAB III
OBSERVASI


Shafira, 2 tahun (Periode mencoreng )

Anak ini mulai dapat menggenggam dan mencorengkan alat tulis/gambar secara acak, hingga ia dapat dengan cara “ kebetulan” mewujudkan satu gambar yang dapat diasosiasikannya dengan bentuk nyata.
Coreng – mencoreng yang dibuat mula – mula merupakan goresan yang tidak menentu, disini shafira, anak berumur 2 tahun menggores dengan goresan tipis, lama – lama ia menyadari adanya hubungan antara gerakan tangannya dengan hasil yang diperolehnya karenanya berubahlah goresannya menjadi panjang, bolak – balik, kemudian bulat – bulat.



Alkiah, 10 tahun

Pada umur 10 tahun sudah lebih cermat dalam mengamati alam sekitarnya. Konsep bagan yang sudah ada pada masa sebelumnya sudah lebih mendetail lagi konsep tentang mnusia tidak hanya pada kepala, tubu, tangan dan kaki saja. Tetapi juga hati, pakaian, perhiasan, rambut, bahkan sudah dapat membedakan laki-laki dan wanita.
Seperti gambar pipi, usi 8 tahun. Menurut lowenfeld anak ini sudah masuk kategori masa permulaan realisme. Yaitu (umur 9-11 tahun) namau menurut pengamatan pemakalah usia 8 tahun sudah bisa memasuki masa permulaan realisme.
Namun terkadang anak usia 10 tahun juga belum bisa menggambar secara detail,seperti pada gambar alfiah, usia 10 tahun

Gerakan yang dilakukan oleh anak usia ini sudah terkendali. Ia sudah bisa mengkoordinasikan fikiran dan emosi dan kemampuan motoriknya. Bentuk yang ada di sekitarnya sudah menjadi kriteria dari hasil gambarannya. Gerakan yang sudah lebih terarah, membuat garis mencoreng makin berkurang di gantikan dengan garis yang lebih mewakili bentuk. Bentuk yang dihasilkan lebih mudah ditafsirkan. Dan yang di utamakan oleh anak ini ada bagian-bagian yang bergerak dari suatu objek. Seperti pada gambar faiz yang berusia 6 tahun ini, hanya menggambar perut, kaki, kepala, dan kor. Dan menyertakan gambar orang yang juga belum jelas detailnya.

Menurut lewofild, faiz dan miftahul janah ini termasuk dalam masa prabagan. Yaitu berumur 4-7 tahun
Dan juga seperti gambar miftahul janah, (5 tahun), anak ini hanya menggambar bagian-bagian yang umum saja dari sebuah rumah, pohon dan bunga.

Irvan , 11 tahun
Lewofild membagi masa realisme semu ini menjadi 2 macam type gambar. Yaitu type visual dan non visual (hap tic). Menurut penelitian pemakaian gaya gambar irvan ini adi type non visual / hap tic.

7 komentar:

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)