01 Februari 2015

Jadi Guide Sehari Untuk SM3T UNNES


SM3T Memang memberi banyak manfaat. Salah satu manfaat terbesar adalah memperoleh pengalaman yang nggak semua orang bisa dapatkan. Selain itu, teman, kenalan dan kerabat jadi bertambah. Kita bisa tau karakter orang yang berbeda-beda dan datang dari kota yang berbeda. Jadi tau kebiasaannya, cara bicara, logat dan adat istiadat. Hal-hal yang nggak bakal bisa di dapat kalau cuma duduk manis di rumah.

Bulan desember tahun 2014 ini bisa dibilang bulan full jalan-jalan. Dari berkujung ke danau habema, Danau tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3225 m DPL, jalan ke distrik-distrik di kab. Jayawijaya dan banyak lagi. Kali ini aku mau pamer cerita perjalanan aku dengan teman-teman SM3T dari UNNES (Universitas Negeri Semarang) yang kemaren “terdampar” di Wamena.
Aku ceritain sedikit tentang temen-temen dari UNNES ini, Mereka  di tempatkan di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. nggak ada akses darat dari kab. Jayawijaya menuju kesana. Harus naik pesawat kecil (yang kalo terbang  berasa naik roller coaster). Harga-harga disana tentu lebih mahal, karena kabupaten pemekaran, semua logistik di kirim dari Wamena. sayur-sayuran juga mahal banget karena di kirim dari Wamena (tempat aku bertugas). Untungnya mereka dapat BAMA (Bahan Makanan) dari PEMDA Yahukimo. Jadi nggak terlalu berat kalau soal makan.


Guru-guru SM3T dari UNNES ini ada 26 orang, di tempatkan di 1 mess yang sama di ibukota Yahukimo. Jadi mereka nggak di pisah-pisah dan di tempatkan di distrik-distrik seperti kami yang di Wamena. Mereka semua tinggal di satu mess milik pemda dan setiap hari goes jalan kaki ke sekolah.
SM3T YAHUKIMO


Dari 26 orang, ada 12 orang yang berlibur kelling Papua. sedangkan 14 lainnya jadi penghuni mess karena banyak maling disana. Petualangan mereka keren banget deh. Bayangin aja, dari Yahukimo mereka naik kapal melintasi sungai menuju Asmat. Perjalanannya 2 hari 2 malam. Kalau malam, kapalnya berhenti di tengah sungai yang di keliling hutan. Sampai di asmat, mereka lanjutkan perjalan naik kapal besar ke Merauke. Sampailah mereka di ujung nya Indonesia. Setelah keliling merauke, dari merauke mereka naik pesawat Hercules (pesawatnya TNI, Biasanya di pakai untuk angkut logistik) ke Wamena. Ongkosnya Rp.900.000. sampai di Wamena, mereka istirahat di masjid, dan ketemu Irham, anak SM3T dari UNMUL. Karena mereka belum tau mau nginap dimana, di ajakin deh kerumah Bu Rais,  Mama angkat kami, dan dirumah bu Rais lah aku ketemu mereka.

Malam minggu itu aku sendiri yang nginap di rumah Mama, karena yang lain nginep di Sekre SM3T. nggak nyangka hari minggu Mama ngajak temen2 UNNES Ke Napua dan Walesi. Dan Cuma aku anak UNRI yang ikut. Untung aku anaknya fleksibel, bisa nyatu ama siapa aja, muehehe.  Dengan menyewa mobil andalan di Papua, Strada siap nanjak Napua. Here we go…..



Tujuan pertama adalah ikut acara maulid nabi yang di adakan di Distrik Kimbim. Sekitar 40 menit dari kota Wamena. Tapi sayang seribu sayang, ketika kami sampai, acara sudah selesai dan tinggal makan-makan. Tanpa malu-malu kami langsung serbu prasmanan yang hari itu juga menyediakan rendang sapi. Karena banyak pendatang dari Makassar di daerah ini, jadi komunitas muslim lumayan banyak.


Selesai makan kami langsung angkat kaki dan berangkat ke Napua. Si Vita dan Amrolani yang kami temui di Kimbim ikut rombongan. Jadilah kami sempit-sempitan di bak mobil strada. Dari atas pegunungan Napua kita bisa lihat kota Wamena yang Cuma seiprit dan di kelilingi gunung. Disana juga ada kebun stroberi yang buahnya bisa kita petik sendiri.


dibawah itu loh kotaa wamena

stroberinya bisa metik sendiri cuy..

Di Napua kami nggak sempat ke air terjunnya, soalnya udah kesorean banget. Sedangkan untuk menuju air terjun Napua harus jalan kaki sekitar 30 menit masuk hutan. Akhirnya di putuskan ke air terjun Walesi yang nggak terlalu jauh jalan kakinya. Pak Rais yang bertindak sebagai supir pun mengarah kembali ke kota dan masuk ke distrik Walesi.

Waktu kami sampai, temen-temen UNNES banyak yang heran karena anak-anak Papua di Walesi memakai jilbab. Layaknya guide ahli, aku pun menjelaskan kalau Walesi ini adalah kampung muslimnya Wamena. Tempat pertama kali ajaran islam masuk di jayawijaya. Si Salam yang senyumnya lebar langsug merinding dan terharu mendengar penjelasannku. Dia nggak nyangka di Papua yang mayoritas Kristen ternyata ada satu kampung yang masyarakatnya adalah muslim.

di kampung muslim Walesi. Wamena. Kabupaten Jayawijaya. Papua

Di Walesi, Mama, Bapak dan Vita istirahat di posko SM3T nya Ranti, Fatma, Erna dan Fitri. Sedangkan aku dan anak-anak UNNES jalan ke air terjunnya. Karena ini yang ke tiga kalinya aku ke Walesi, Lagi-lagi aku ambil sikap layaknya guide professional. Muhehehe.



Kami nggak berani berenang karena udah kesorean. Jadi Cuma foto-foto bentar, abis itu langsung pulang. Seneng banget seharian bisa jalan-jalan dengan anak UNNES, kemungkinan mereka ke Wamena lagi bulan agustus untuk nonton festival lembah baliem. Akhirnya, selamat kembali bertugas di Yahukimo. Nice to see you all. Sampai ketemu di perjalanan selanjutnya…. #dadah dadah ala seleb

#Terimakasih untuk sponsor  acara ini. Mamak dan Bapak Rais. We Love you ^_^



4 komentar:

  1. waw, baru tahu ada anak2 Unnes bisa sampai ke wamena. :D aku alumninya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah kamu alumni UNNES?
      udah 2 tahun ada anak UNNES DI papua :)

      Hapus
  2. eeemmmm keren mba.....jadi pengen melancong...

    maaf baru mampir nih baru buka blog hehehe

    masih inget mama ane mba????:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kamu siapa kamu siapa?? #mendadak amnesia
      iya aku barusan udh main ke blog mu. udh berubah banget ya, sampean pangling...

      Hapus

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)