17 Januari 2015

Gelas-gelas Kosong


Berat rasanya kembali ke tempat pengabdian setelah sebulan lebih liburan di kota. Rasa malas mulai menggeluti jiwa, bosan dan masih ingin menikmati hidup di kota. Masih belum siap mental menghadapi dinginnya Hitigima, masih belum sanggup mandi dan mencuci di kali yang airnya seperti batu es. Masih belum rela meninggalkan kota dengan segala keramaian dan hirup pikuknya dan mengganti dengan Hitigima yang sepi melompong.

Untunglah ketika kembali ke Hitigima ada teman dari UNESA  yang mau berkunjung ke posko ku. Jadi agak semangat pulang ke posko. Secara jarang ada yang datang ke Hitigima, jadi kalau ada tamu senengnya bukan main. Selain bikin rame, juga ada yang bikin semangat masak. Biasanya kalo cuma berdua doang kami malas banget masak. Muehehe. Sebelumnya si Marrio ini juga sudah pernah berkunjung ke beberapa posko teman2 lain. Cerita dari tempat tugasnya juga pernah aku post di postingan “Di Papua Ada Paman Yang TegaMembakar Tangan Keponakannya!.”

Kali ini mau mau ceritan keadaan sekolah dan siswaku setelah satu bulan libur sekolah. Keadaan mereka sangat menggenaskan! Jauh dari perkiraanku. Yang aku bayangkan ketika sampai di sekolah adalah mengolah nilai dan membagikan raport semester  1 dengah kehebohan yang sama seperti layaknya sekolah yang bagi raport tiap semester. Tapi kenyataannya, sampai saat ini (seminggu setelah liburan) belum ada penampakan raport murid. Entah dimana letaknya.  Beberapa guru yang aku tanya hanya menggeleng sambil menaikkan sebelah bahunya pertanda tidak tau. Kepala sekolah juga ketika di tanya jawabnya berputar-putar sampe ke merauke (saking jauhnya). Guru-guru juga tidak ada yang keliatan batang hidungnya. Hanya aku dan Hotma, serta Kepala Sekolah yang sibuk di rumahnya.


Belum selesai kebingunganku dengan raport, ketika masuk kelas aku kembali tecengang dengan perubahan muridku. Mereka seperti gelas kosong yang baru selesai ditumpahkan isinya. Ketika aku berikan soal penjumlahan ribuan dengan system simpan. Semua dapat nol kecuali 1 orang. Si tompos yang memang paling pintar di kelas. Khawatir mereka juga lupa cara mengurang, buru-buru aku berikan mereka soal pengurangan puluhan dengan system pinjam. Lagi-lagi aku di buat naik darah, karena hanya tompos yang bisa mengerjakan. Padahal sebelum libur, materi penjumlahan dan mengurangan sudah sampai pada angka puluh ribuan. 90% muridku di kelas III sudah bisa mengerjakannya. Tapi Setelah libur  malah hanya satu orang yang masih nyambung. Ya sallaaaammm…. Aku tepok jidat berkali-kali.

Belum lagi ketika belajar bahasa Indonesia. Semua mendadak amnesia. Jangankan mengeja 3 suku kata. Huruf A aja lupa. Wadduh… mendadak kepalaku jadi gatal parah. Aku tes anak yang lainnya. Si Tien Asso yang tadinya sudah khatam buku belajar membaca. Harusnya di sudah bisa membaca 4 suku kata dan membaca kalimat mudah. Tapi ternyata.. mengejanya parah… yang sudah di eja sebelumnya, dia akan lupa. Si Jelti Lokobal penyakitnya juga sama. PEM-BE-RI-TA-HU-AN sudah di ejanya setengah mati. Tapi ketika aku suruh baca dari awal maka dia hanya akan membaca PE-TA. Gubrak! Huruf lain entah kemana di buangnya. Begitu juga membaca kata yang lebih dari 2 suku  lainnya. Seperti MEM-BE-RI, maka hanya akan di baca ME-RI, SE-GE-RA di baca SE-RA. Addduuuh…… mendengar mereka mengeja, giliran perutku yang sakit. Rasanya pengen teriak sambil lari-lari sambil kayang lapangan sekolah.

Malamnya, langsung kami buka lapak les. Ada 10-15 orang yang hadir, meskipun tidak sebanyak biasanya, tapi aku dan hotma sudah cukup stress, melihat kanyataan otak mereka yang sepertinya dikosongkan ketika libur natal dan tahun baru.

Yang udah mereka pelajari selama  4 bulan di semester 1 kayaknya sia-sia aja. Nggak ada nempelnya dikitpun! Ibarat gelas yang isinya sudah tumpah. Kosong melompong. Stres aku memikirkan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Dan mau apakan anak-anak polos ini. Ya Allah.. berilah petunjuk… #sujud di pojok kelas

ilustrasi : ngajarin  anak kelas V yang bacanya masih patah-patah.



3 komentar:

  1. Kondisi di daerah pelosok emang gitu banget ya? Sampe kelas V baca aja masih tersengal-sengal...

    Gue bisa memahami sih gimana stresnya mengajar anak2 yang diajarin sepelan mungkin masih aja kesulitan. Tapi gak bisa sepenuhnya nyalahin mereka. Faktor lingkungan juga pengaruh besar..

    Tetep semangat yak! Walopun jauh dari keramaian dan suasana kota. Nanti juga ada waktunya buat balik lagi :D

    BalasHapus
  2. Kalau saya udah gak sanggup itu kak...
    Kalau nggak bentak ya kabur keluar...
    Makanya nya saya gak ada niat jadi guru...

    BalasHapus

  3. VIDEO : kreasi LAGU WAJIB NASIONAL INDONESIA Masa Kini :PERSATUAN INDONESIA
    "kreasi LAGU WAJIB NASIONAL INDONESIA Masa Kini : Persatuan INDONESIA"
    https://www.youtube.com/watch?v=6hu5dGjrAHk

    *Antena Tv Bagus, Antena Tv Rakitan, Antena Tv Digital
    *Antena Tv Sederhana, Antena Tv yang Bagus, Antena Tv LED
    *Antena Tv wajanbolic, Antena Tv UHF, antena Tv tanpa boster, cara buat antena tv
    Nonton TV LEBIH ASYIK, dengan AntenaTV Bagus Wajanbolic
    http://antenatv-rakitan.blogspot.com

    Batik KHAS Bekasi dgn CORAK/MOTIF yg sesuai PAKEM & FILOSOFI BATIK BEKASI
    http://khasbatik.blogspot.com

    BalasHapus

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)