06 Juli 2014

Ketika Ummi Kecopetan

Seperti biasa hari minggu pagi rutinitas ummiku adalah belanja ke pasar. Karena lebaran sudah dekat, ummi bawa uang lebih banyak dari biasanya di dalam dompet. Siapa tau ada baju yg menarik dan perlengkapan lebaran lainnya.

Setelah memarkirkan motor, mata ummi langsung terpaut ke obral baju yang tak jauh dari parkiran. Ummi pun ke lapak jual baju itu dan memilih-milih baju, ummi juga mencoba baju yg ada di patung.

"Pas tu sama ibuk, warnanya juga cocok dengan ibuk," bujuk si penjual mengeluarkan jurus dagangya.

Ummi pun meletakkan baju yang tadi dipegangnya dan mengambil dompet yg ummi letakkan disebelahnya tadi ketika mencoba baju.

Tapi, betapa terkejutnya ummi, dompet yang 1 menit yang lalu ia letakkan di sebelahnya sudah raib. Ummi mau bertanya ke ibu-ibu yang tadi sempat menawar baju dilapak yang sama, tapi ibu itu ternyata sudah menghilang tanpa ummi sadari.


"Ibuk tadi kayaknya nggak ada bawa dompet" kata si penjual ketika umi coba bertanya. Padahal jelas-jelas ummi membawa dompet dari rumah.

Lemaslah ummi, sadar bahwa ia telah di copet. Tak ada orang lain disana kecuali ibu yang tadi sempat menawar dengan harga terlalu rendah, dan si penjual.

Sesaat kemudian ummi sadar kalau waktu milih-milih baju, ibu yang disebelahnya terus mendesak dan nempel-nempel ke ummi. Memanfaatkan suasana pasar yang memang luar biasa ramainya.

Akhirnya ummi benar-benar sadar, ummi KECOPETAN. Dan jelas sekali pencopet yang bekerja tidak lebih dari 2 menit itu adalah ibu yang mendesak-desak di sebelah ummi tadi.

Lemaslah ummi menyadari uang Rp.500.000 yang dibawanya untuk belanja hari ini lenyap. Belum lagi surat-surat penting seperti KTP, STNK motor ummi dan STNK motor aku dan adikku, kartu ASKES 3 orang, dan beberapa kwitansi bukti pembayaran yang cukup penting. Ummi terbayang betapa sulitnya mengurus KTP di kelurahan, terbayang juga pengurusan STNK 3 motor yang kantornya 1 jam perjalanan kalau dari rumahku.

Apa yang ummi lakukan? Kalau aku yang ada diposisi ummi mungkin aku bakal histeris, teriak-teriak ada copet ala sinetron (karna kemungkinan besar copetnya masih didaerah situ) atau mungkin aku bakal nangis sambil garuk-garuk tanah. Atau kalau aku diposisi ummi aku langsung lemah tak berdaya, langsung pulang, dan menangis sejadi-jadinya di atas motor. (Aku pernah nangis kencang di atas motor, sensasinya beda.hahaha

Sedangkan ummi, dengan memasang wajah bingung dan lemas, ummi kelilingi pasar tangor yang tidak seberapa luas itu. Siapa tau pencopetnya membuang dompet yang penuh berisi surat-surat penting itu, siapa tau dia membuangnya ke tempat sampah. Ummi pun berkeliling pasar seperti orang yang mencari uang jatuh. Tempat sampah pun diperiksanya.
Hasilnya NIHIL

Ummi pun pulang dan langsung cerita ke Buyaku.
"Nggak jadi ummi belanja do*," Adu nya ke Buya yang sedang duduk membengkeli alat kerjanya.

"Abek? (kenapa?)" jawab buya singkat tanpa memandang wajah ummi. Aku keluar dari kamarku setelah tidur selama 5 jam sejak subuh tadi.

Mengalirlah cerita ummi, yang lucunya ummi cerita sambil ketawa, menertawakan kebodohannya letelakkan dompet disebelahnya, padahal biasanya kalau sedang memilih-milih barang, dompet di jepit di ketiak. Ummi cerita sambil ketawa tapi matanya merah dan bendungan air matanya jebol. Kelualah air mata yang mungkin sejak tadi ditahannya.

"Ikhlaskan ajalah, Mi. Lagian ummi udah lama juga kan nggak dapat musibah. Hidup umi kayaknya lancar-lancar aja, jadi Allah kasi musibah deh." kataku dengan sotoynya sambil ketawa. Ummi juga tertawa keras dan Airmatanya tambah deras mengalir.

Baru sekali ini aku melihat ada orang kecopetan ketawa ngakak sambil nangis. 

Ummipun menyuruh aku masak ikan yang dibelinya dari hasil ngutang dengan penjual ikan langganannya. Buya langsung menyuruh ummi mencatat surat penting apa saja yang ada di dalam dompet, dan langsung melaporkannya ke kantor polisi yang nggak jauh dari rumah kami.

Siang, menjelang solat zuhur, Surat keterangan hilang dari polisi sudah dapat. Tinggal mengurus surat-surat dengan membawa surat dari polisi. Tapi ummi masih saja membahas kronologi kejadiannya yang tidak lebih dari 2 menit itu. Ummi juga membahas kronologi kejadian waktu aku kehilangan HP dipasar yang sama. Bedanya waktu itu aku milih jilbab. (itu adalah sejarah ke empat aku kehilangan HP. sejauh ini aku udah 5 kali kehilangan HP. kisahnya bisa di baca di postingan Buka bareng anak KKN then HP Ilang

Tiba-tiba buya menyela, "Kemaren waktu terima raport, ummi dapat duit berapa dari wali murid?" tanya Buya mendadak dan out of contecs banget. Orang lagi ngomongin aksi pencopet yang merajalela, eh buya malah tanya soal bagi raport.

FYI ummiku adalah seorang guru. Yang kita tau bersama juga, kalau dihari penerimaan raport, kadang wali murid memberikan duit seadanya untuk guru. Bisa dibilang uang capek sudah mengisi raport anaknya, uang terimakasih, atau bisa juga uang basa-basi. Karna tradisi ngasi duit ke guru itu sudah ada sejak lama.

"Hm.. Dapatnya kemaren sampai Rp.500.000. Udah ummi kasih ke si anu 10.000 ke si anu 20.000 ke si...

"Nah uang itu lah yang di ambil copet tu, bukan uang ummi kok. Alah lah tu. (Sudahlah itu) ndak piti awak do ma** (bukan uang kita kok)." Kata buya memotong jawaban Ummi.

Kontan aku yang sedang menggoreng ikan dan ummi yang sedang bersiap sholat zuhur di kamar mandi langsung tertawa terbahak-bahak.

"Uang itu memang halal, kan wali murid yang ngasi, bukan awak yang minta. Tapi mungkin banyak yang gak ikhlas ngasinya, ada yang terpaksa karna malu sama orang, segan sama guru karna gak ngasih. Wajarlah ummi dicopet 500.000. Biasanya kalau kejadian kayak gini, yang hilang justru lebih banyak." jelas buya

"Bersyukur lah karna yang hilang sebanding dengan yang masuk, pernah ada kejadian, orang dapat uang hibah kecelakaan 2 juta. Padahal dia cuma lecet, tapi nuntut 2 juta. Setelah itu anaknya kecelakaan dan nabrak orang sampai sekarat, dia harus mengeluarkan puluhan juta untuk mengganti kerusakan motor dan biaya pengobatan. Itulah kalau kita makan uang yang halal, tapi tidak baik." kata buya menyampaikan kultum siang.

"Hahaha... betul juga ya, biasanya uang hasil terima raport itu nggak ummi masukkan dompet" kisah ummi sambil menertawakan kebodohannya. Lagi.

"Biasanya umi pisahkan dalam amplop uang rapor itu, ummi bagi-bagi duitnya ke si anu, si anu. Terus untuk belanja barang-barang yang kurang penting. Kayak beli tempat minum plastik adek kemaren. Nggak pernah ummi gabungkan untuk belanja makanan. "

"Yang sekarang ni ummi masukkan aja langsung ke dompet, udah tercampur-campur dengan duit lain. belum sempat ke rumah si anu dan si anu. Sibuk tak tentu arah aja" lagi-lagi umi menyesali kecerobohannya dalam mengelola uang.

"Ola la tu, lah joleh piti itu tu ma. Piti syubhat (udahlah itu, sudah jelas duit itu kok. Duit syubhat)" lanjut Buya*** menenangkan.

Aku jadi ingat betapa berhati-hatinya ummi masalah uang. Pernah sebelumnya aku dapat uang yang cukup besar dari internet. Aku kasih separonya untuk ummi. Dan ummi menolak, mungkin karna ummi belum begitu paham dengan sistem internet marketing, duduk depan laptop aja kok bisa dapat uang. Padahal itu uang halal. Ummi sarankan uangnya untuk beli barang, kalau bisa jangan untuk beli makanan. Karena ada sebuah hadist yang isinya :

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib cucu Rosulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam dan kesayangannya ia telah berkata: ” Saya pernah mendengar Rosulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: ” Tinggalkan suatu perkara yang meragukanmu menuju kepada perkara yang tidak meragukanmu ” [HR Al-Thirmidzi dan An-Nasa'i dan Thirmidzi berkata: Hadits Hasan Shohih]

Ada hadist shoheh lainnya yang berbunyi :
“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar (syubhat), yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Barangsiapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus ke dalam syubhat itu berarti dia terjerumus ke dalam perkara yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan (binatang ternaknya) di sekitar daerah terlarang, hampir-hampir dia akan masuk menggembalakan (binatang ternaknya) di daerah tersebut. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki daerah terlarang. Ketahuilah bahwa daerah terlarang milik Allah adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah, bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka akan menjadi baik seluruh tubuh, dan jika buruk menjadi buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah hati.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

So, hikmah yang bisa kita ambil dari cerita ini adalah :
  1. Sebaiknya ke pasar tidak membawa dompet yang penuh dengan surat dan kartu-kartu penting. Bawa duit secukupnya dan letakkan dalam dompet kecil.
  2. Selalu perhatikan orang disekitar ketika berbelanja dan memilih-milih barang.
  3. kalau kecopetan, jangan panik kehilangan berkas-berkas penting di dalam dompet. Masih bias di urus ke kantor yang bersangkutan. Dengan cara dating ke kantor Polisi terdekat, dan melaporkan kehilangan. Polisi akan memberikan surat kehilangan yang bias di bawa untuk pengurusan surat selanjutnya
  4. hati-hatilah dengan penggunaan uang syubhat.

*do = aksen/ logat orang Pekanbaru.
**bahasa daerah yang dipakai Buya adalah bahasa taluk Kuantan. Riau
***Buya = Ayah


22 komentar:

  1. Awalnya ikut prihatin tapi jadinya ikut ngakak juga. #Eh, maaf ya Umminya Risah. Tapi pengalaman ini banyak hikmahnya juga ya.

    Ngomong-ngomong kalo uang syubhat yang kita terima itu 'dipindahtangankan' ke orang lain dengan cara dikasih si anu dan si anu apa lantas uang itu jadi uang halal ya? Ini beneran pengen tau, Risah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kami dirumah juga ngetawain ummi semuanya :D

      Nah itu dia, aku juga nggak tau. ummiku dia nyari aman aja. hahaha

      Hapus
  2. ibu ku juga suka ceroboh sah kalau belanja. kadang dompet sendiri malah tercecer dijalan. bukan karna dicopet. memang, banyak orang gelap mata disekitar kita, jadi harus selalu hati-hati kemana-mana. copet kan gak hanya dipasar.
    ini jadi pelajaran supaya lebih hati-hati lagi. dan dapat ilmu juga dari sini, sebelumnya aku juga dapet uang dari internet. gak banyak, untungnya aku belikan ke barang sah. ternyata itu namanya uang syubhat ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ummi ku biasanya teliti, seumur-umur baru kali ini dia kecopetan katanya. dulu waktu masih kecil katanya pernah juga kehilangan duit karna tercecer di tangan.

      iya rit, harus hati-hati ngelola uang.. :)

      Hapus
  3. ehh astagfirullah.. alhamduliallah yallah gue sampe sekarang belum pernah kehilangan barang yang vital gitu, kayak dompet, hape atau tas lahh. jangansampe bahkan,,aamiin.. makasih ya mba tulisnnya bisa buat saya lebih berhati-hati lagi.. sip

    BalasHapus
    Balasan
    1. beratti kamu termasuk orang yang teliti dan waspada, dan beruntung :)

      Hapus
  4. Kisahnya penuh hikmah, Risah. Bagus pemaparannya dan aku jadi bisa belajar untuk berhati-hati sekaligus mengenal bagaimana bentuk syubhat itu. Dalam akad jual beli atau akad apa pun, harus disertai keikhlasan, kalau tidak maka akan fatal akibatnya. Ya, seperti kasus Ummi. Tapi alhamdulillah, Risah punya ayah yang bijak dan ibu yang introspektif.
    Ibuku pernah dirampok di elf magrib-magrib (katanya), semua perhiasan dan uang pensiun dari alm bapak lenyap. Perhiasan dibeli dari hasil uang kematian suaminya, bukannya ditabung malah dipakai pamer. Jadi Allah menegur. Apalagi bukannya peduli pada kebutuhan anak malah dipakai untuk dirinya sendiri. Gemar riya. Sayangnya teguran Allah itu tak mempan baginya. Tak membuatnya mengerti di balik musibah ada hikmah agar mengenal kesejatian hidayah.
    Beruntunglah Risah punya keluarga yang baik. Kedua ortu yang bijak dan saling melengkapi sekaligus mengingatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillahh.. komen mbak mengingatkan aku bersyukur punya keluarga kayak ummi dan buyaku. alhamdulillah ya allah :)

      kalau ibunya mbak tak mengerti, itu tugas anaknya untuk mengingatkan. semua kejadian kan ada hikmahnya. semoga kedepannya kita semua bisa lebih hat-hati :)

      Hapus
  5. aduh-aduh keren. kisahnya banyak hikmahnya :)

    BalasHapus
  6. Turut prihatin risah..

    maaf lahir batin ya
    semoga puasa kita diterima

    BalasHapus
  7. yang sabar yaa,, turut prihatin mengingat aku juga punya ibuk yang tiap minggu juga belanja ke pasar..
    kisahnya juga keren.. inspiratif banget :)

    BalasHapus
  8. oh buya itu nama lain dari ayah hehe, aku kita buya itu salah satu dari anaknya ummi.
    itu mungkin emang teguran, lain kali supaya lebih berhati-hati untuk menyimpan dompet dan menggunakan uang dari hasil pemberian orang lain. Untung saja lah jumlah-nya tidak terlalu banyak, dan hanya kehilangan surat-surat penting. Yang penting ummi nya selamat, gak kenapa-kenapa. Soalnya biasa-nya juga modus pencopetan macem-macem,

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah? jadi kamu kira yang nasehatin ummiku itu anaknya? hahaha

      buya itu panggilan untuk guru sebenarnya,cot nya Buya Hamka, tapi kalo di arab banyak juga anak-anak yang manggil buya.

      nah iya itu yang terlupa kami syukuri. syukur ummi nggak di apa-apain ya... alhamdulillah :)

      Hapus
  9. Wah jadi belajar banyak di postingan ini. Yah, anggap aja itu peringatan dari ALLAH aja. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Selain itu, di postingan ini gw ada belajar bahasa daerahnya juga! lengkap. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tumben-tumbenan kan postingan gue bener feb. hehehe

      iya kalo orang sumatra mah pasti ngerti. bhasa sumatra kan gak jauh-jauh dari bahasa minang. nah bahasa taluk kuantan itu mirip ama bahasa minang. tapi kalo palembang mah jauh kayaknya

      Hapus
  10. Keren keren. Aku baru ngeh juga kejadiannya ketika si buya, eh buya itu bapak ya? Ya, ketika si buya nanya yang hilang itu uang raport dari wali2 murid atau uang apa.. ya syukurlah, masih ada banyak hikmah, toh setelah ini, bakal lebih berhati-hati lagi bukan?

    Yang soal wali murid ngasih duit ke guru, selama itu ikhlas, tanpa ada niat agar si guru baik kepada anaknya, atau menjadikan anaknya anak spesial, atau agar si anak diberi nilai bagus, ya halal.. asal ikhlas.. Tapi kalau wali murid itu yang ngasih tanpa kita meminta, mau nolaknya gimana?

    BalasHapus
  11. coba elu yg kecopetan ya ca, langsung pingsan mereun

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kali. 500 ribu buat ummi gue mungkin untuk belanja kepasar sekali. kalo buat gue 500rb itu banyaaaakkkkk.... :(

      Hapus
  12. haiiii... salam kenal ka :) kaka dapet award nih. cek blog aku :)

    BalasHapus
  13. 500rb?? gue ilang 4juta 500rb aja nangis koar-koar T_T

    BalasHapus

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)